Sumber: AS Berencana Tarik Pasukan dari Niger

Washington (Reuters) — Amerika Serikat (AS) akan menarik pasukannya dari Niger, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut pada Jumat (19/4) malam.  Sumber itu menambahkan bahwa kesepakatan telah dicapai antara Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell dan pimpinan Niger. Pada tahun lalu, terdapat lebih dari 1.000 tentara AS di Niger, di mana militer AS beroperasi dari dua pangkalan, termasuk pangkalan pesawat nirawak atau drone yang dikenal sebagai Pangkalan Udara 201 dekat Agadez di Niger tengah. Pengoperasian pangkalan itu menelan biaya lebih dari $100 juta. Sejak 2018, pangkalan tersebut telah digunakan untuk menyasar militan ISIS dan Jama'at Nusrat al-Islam wal Muslimeen, afiliasi al-Qaida, di wilayah Sahel. Tahun lalu, tentara Niger merebut kekuasaan melalui kudeta. Hingga kudeta terjadi, Niger tetap menjadi mitra keamanan utama Amerika Serikat dan Perancis. Namun pemerintah baru di Niger bergabung dengan junta di negara tetangga Mali dan Burkina Faso dalam mengakhiri perjanjian militer dengan sekutu Barat seperti Washington dan Paris. Niger juga keluar dari blok politik dan ekonomi regional (ECOWAS), dan membina hubungan yang lebih erat dengan Rusia. Dalam beberapa hari mendatang, akan ada pembahasan mengenai bagaimana penarikan pasukan itu nantinya, kata sumber tersebut, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, kepada Reuters. Sumber tersebut mengatakan masih akan ada hubungan diplomatik dan ekonomi antara AS dan Niger meskipun ada langkah ini. Sebelumnya pada Jumat, The New York Times melaporkan bahwa lebih dari 1.000 personel militer AS akan meninggalkan Niger dalam beberapa bulan mendatang. Bulan lalu, junta yang berkuasa di Niger mengatakan pihaknya segera mencabut perjanjian militer yang mengizinkan personel militer dan staf sipil dari Departemen Pertahanan AS berada di wilayahnya. Pentagon mengatakan setelah itu bahwa pihaknya sedang mencari klarifikasi tentang langkah ke depan. Ia menambahkan bahwa Pemerintah AS melakukan pembicaraan “langsung dan jujur” di Niger menjelang pengumuman junta dan terus berkomunikasi dengan dewan militer yang berkuasa di Niger. Ratusan orang turun ke jalan di ibu kota Niger pekan lalu untuk menuntut penarikan pasukan AS setelah junta yang berkuasa semakin mengubah strateginya dengan mengakhiri perjanjian militer dengan AS dan menyambut instruktur militer Rusia. Delapan kudeta di Afrika Barat dan Tengah selama empat tahun, termasuk di Burkina Faso, Mali dan Niger, telah memicu kekhawatiran mengenai kemunduran demokrasi di wilayah tersebut. [ft]