Presiden Bolivia Gandakan Upaya untuk Terus Mengusut Kasus Pemerkosaan yang Libatkan Evo Morales 

Presiden Bolivia, Luis Arce, mengatakan pada Kamis (17/10), bahwa dia “tidak akan menyerah” kepada para pendukung Evo Morales, yang dia tuduh ingin “membakar negara” untuk menghalangi penuntutan pidana terhadap mantan presiden itu dalam kasus dugaan pemerkosaan.  “Kami tidak akan menyerah kepada mereka yang ingin membakar negara untuk melindungi diri mereka dari tuduhan pribadi yang seharusnya mereka hadapi,” kata Arce dalam sebuah acara resmi di La Paz.  Mantan presiden Morales sedang diselidiki atas tuduhan pemerkosaan, perdagangan manusia, dan penyelundupan manusia. Tuduhan-tuduhan tersebut telah ia bantah.  Tuduhan tersebut bermula dari dugaan hubungannya dengan seorang gadis berusia 15 tahun. Morales dituduh telah menjadi ayah seorang anak perempuan dari gadis itu pada 2016, menurut pengaduan yang sedang diselidiki oleh jaksa penuntut. Pengacaranya mengatakan kasus tersebut telah diperiksa dan ditutup pada 2020.  Pendukung Morales, presiden pribumi pertama Bolivia yang menjabat dari tahun 2006 hingga 2019, telah memblokade beberapa jalan raya sejak Senin (14/10) untuk menuntut diakhirinya “penganiayaan hukum” terhadap pemimpin mereka.  “Tidak ada pertanyaan terkait pencabutan blokade ini, karena pemerintah tidak mendengarkan kami,” kata Ponciano Colque, pemimpin serikat pekerja tani besar, kepada AFP.  Pada Kamis, total sebanyak 14 blokade jalan dilaporkan di departemen Cochabamba, Santa Cruz, dan Tarija, enam lebih banyak dibanding yang tercatat pada Rabu (16/10), menurut Otoritas Jalan Raya Bolivia.  Jalan utama menuju Cochabamba, tempat perlindungan bagi mantan presiden berusia 64 tahun itu, termasuk di antara yang diblokiade.  Para pengunjuk rasa telah terlibat dalam bentrokan secara sporadis dalam beberapa hari terakhir dengan polisi, yang telah menggunakan gas air mata untuk membersihkan beberapa ruas jalan. Setidaknya enam demonstran telah ditangkap sejak Senin, menurut polisi. Morales menuduh Arce, mantan sekutu yang sekarang menjadi pesaingnya dalam pemilihan presiden 2025, menggunakan peradilan untuk melawannya.  Kamis lalu, dia menolak hadir di kantor kejaksaan umum Tarija dalam kasus tersebut.  Pada Senin, jaksa yang bertanggung jawab atas penyelidikan tersebut, Sandra Gutierrez, tidak mengatakan apakah surat perintah penangkapan akan dikeluarkan untuk mantan presiden itu.  “Karena alasan strategi investigasi, kami tidak akan memberikan rincian lebih lanjut tentang kasus ini,” katanya. [ns/ka]