Pemilu India: Modi Banggakan Pertumbuhan, Pihak Oposisi Katakan Demokrasi ‘Dalam Risiko’

New Delhi — Perdana Menteri India Narendra Modi yang mengincar masa jabatan ketiga, menyoroti pertumbuhan ekonomi dan langkah-langkah kesejahteraan bagi masyarakat miskin sebagai pencapaian terbesarnya. Modi mengatakan pemerintahannya dalam sepuluh tahun terakhir, telah mengentaskan 250 juta orang dari kemiskinan, membuktikan bahwa pemerintahnya berupaya untuk mencapai hasil. “Dalam sepuluh tahun terakhir, kita telah mengentaskan 250 juta orang dari kemiskinan, membuktikan bahwa kita berupaya untuk mencapai hasil,” sebutnya. Aliansi oposisi yang dipimpin oleh oposisi utama Partai Kongres dan berhadapan dengan partai nasionalis Hindu, Partai Bharatiya Janata (BJP) yang mengusung Modi, menunjukkan adanya pengangguran dan apa yang mereka katakan sebagai ancaman terhadap kredibilitas demokrasi dan sekuler negara tersebut. Aliansi INDIA menuduh partai Modi melemahkan barisan oposisi dengan penyelidikan korupsi, seorang pemimpin penting, Ketua Menteri Delhi, Arvind Kejriwal. Ia ditangkap beberapa minggu sebelumnya sehubungan dengan tuduhan korupsi. “Pemilu ini pada dasarnya adalah pemilu yang berbeda. Saya rasa demokrasi tidak lagi menghadapi risiko yang sama, konstitusi juga menghadapi risiko yang sama besarnya dengan saat ini,” jelasnya. Hampir satu miliar pemilih akan memilih antara pandangan bersaing yang ditawarkan oleh Modi dan oposisi saat pemilu terbesar di dunia akan berlangsung pada hari Jumat. Sepuluh tahun setelah mengambil alih kekuasaan, Modi tetap sangat populer. Ia dipandang sebagai pemimpin yang kuat, nasionalis, pro-Hindu, yang mempercepat pembangunan, meningkatkan status global India, dan memenuhi janji-janji seperti membangun kuil Dewa Rama untuk yang beragama Hindu. Sandeep Shastri seorang analis politik India mengatakan, “Aliansi yang berkuasa jelas-jelas akan mengikuti pemilu ini dengan mengandalkan citra Perdana Menteri. Mereka jelas-jelas mengedepankan faktor Modi……. dan hal ini sampai batas tertentu akan membantu mereka mengimbangi kemungkinan anti-petahana yang muncul setelah sepuluh tahun.” Perekonomian India yang tumbuh pesat memberikan peluang bagi sebagian orang, namun survei menunjukkan pengangguran dan inflasi masih menjadi kekhawatiran utama karena gagal menciptakan lapangan kerja yang memadai. Rushil Matta warga India, seorang insinyur perangkat lunak mengatakan, “Saya punya harapan untuk negara ini dan saya bertahan di sini. Saya di sini saja” Surinder Ojha warga lainnya mengatakan, “Mata pencaharian adalah sebuah masalah. Tapi tidak ada pemerintah yang bisa memecahkan masalah ini.” Untuk merayu pemilih, oposisi utama Partai Kongres telah berjanji untuk meningkatkan anggaran sosial dan lapangan kerja dengan memberikan pekerjaan dan magang di kantor pemerintah. Pemimpin Partai Kongres, Rahul Gandhi, telah memimpin dua aksi unjuk rasa lintas negara untuk menjangkau masyarakat, namun tidak jelas apakah hal ini akan menghasilkan suara untuk partai tersebut, yang kalah dalam dua pemilu terakhir. Gandhi belum diproyeksikan sebagai calon perdana menteri. Neerja Chowdhury, Analis Politik India lainnya mengatakan, “Sejauh yang dirasakan Modi, tidak ada pihak lawan yang bisa menandinginya dan banyak orang yang saat ini tidak puas dengan pemerintahan BJP serta menghadapi kesulitan ekonomi, pengangguran, dan kenaikan harga-harga. Mereka membahasnya lalu berbalik dan berkata 'siapa yang ada di pihak lawannya?'.” Survei memproyeksikan BJP yang dipimpin Modi bisa melampaui kinerjanya pada tahun 2019. Namun Partai Kongres mengatakan hasil pemilu, yang akan diumumkan pada tanggal 4 Juni, akan lebih mendekati perkiraan. [my/lt]